Masih ingatkah Anda sebuah lagu karangan Frans F. Bate’e? Liriknya, “Tenga saukhu okafu, saukhu anaukhu-naukhu he Mbombo Aukhu…” artinya sebuah mata air yang selalu mengalir, jika diraba airnya tidak panas dan juga tidak dingin melainkan hangat. Lagu tersebut termashyur antara tahun 1970-an hingga tahun 1980-an. Mungkin sebagian banyak orang menganggap ini hanya sebuah lagu khayalan pengarangnya, tetapi sebenarnya lagu tersebut benar-benar kenyataan. Namun, kini tempat wisata Mbombo Aukhu itu kurang perhatian. Padahal, bila dikelola dengan baik tempat itu bisa menjadi tempa wisata dan juga tambahan pendapatan asli daerah.
Tempat wisata Mbombo Aukhu atau mata air panas terletak di Desa Oladanö, Kecamatan Idanögaŵo, Kabupaten Nias. Mata air ini merupakan satu-satunya yang ada di kepulauan Nias sejauh ini. Mbombo Aukhu punya nilai historis sebab sejah dulu masyarakat sekitar memercayai bahwa mata air itu dapat menyembuhkan penyakit kulit, seperti kurap, panu dan lainnya. Mata air ini selain hangat, juga berasa belerang. Bau belerangnya sangat terasa setelah hujan turun.
Mbombo Aukhu adalah salah satu daerah wisata yang populer di kepulauan Nias. Untuk sampai ke sana tidak susah. Dari Gunungsitoli, Mbombo Aukhu hanya berkisar 40 km atau sekitar 20 kilometer dari Bandar Udara Binaka. Ketika sampai di Idanögawo di Km 37 terpampang pelang tepat di simpang menuju arah Mbombo Aukhu, lalu belok ke arah kanan sejauh 3 kilometer. Pengunjung bisa pergi ke sana dengan sepeda motor bahkan dengan kendaraan roda empat.
Pantauan NBC, Jumat (25/12/2010) di tempat pemandian air panas yang berada di areal sekitar 1 hektar itu telah dipagari oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nias. Fasilitas berupa kolam renang ukuran 6 x 8 meter, areal parkir, saung 6 unit kapasitas 4 sampai 6 orang, kamar mandi 4 unit dengan jumlah pintu 10 pintu. Dinding kolam yang dilapisi ubin itu terlihat kurang terawat dengan jamur yang hampir memenuhi dinding lur kolam.
Salah seorang pedagang di dalam area Mbombo Aukhu, Ertina Waruwu (30), penduduk Desa Oladanö, Kecamatan Idanogaŵo, Kabupaten Nias, kepada NBC menuturkan pengelola Mbombo Aukhu dari Pemerintah Kabupaten Nias, yaitu Disporabudpar. Dia menyatakan bahwa tempat itu sangat sepi pengunjung karena fasilitasnya yang tidak menarik minat.
Sekitar tahun 2000, Disporabudpar membangun sebuah kolam renang, beberapa pondok dan kantin. Kemudian tahun 2008 direhap ulang, kolam renang dipasang keramik, pondok dan kantin atapnya diperbarui. Lanjutnya, sudah 2 tahun Disporabudpar berjanji akan membangun kolam baru, tempat mainan dan saung, tetapi sejauh ini hal itu masih sebatas isu semata.
Ertina menambahkan, tiap bulan ia harus membayar kepada pemerintah sewa kantin Rp 40.000/bulan, tetapi belakangan ini omzetnya semakin menurun. Hal itu disebabkan kurangnya pengunjung. Katanya, salah satu faktor kurangnya pengunjung adalah kurangnya fasilitas yang disediakan oleh pemerintah dan juga kebersihan.
Sebenarnya pemerintah telah menempatkan 3 petugas kebersihan, satuan pengamanan (satpam) dan pemungut karcis. Akan tetapi, tugas mereka tidak berjalan sebagai mana mestinya karena upahnya 6 bulan terakhir ini belum dibayarkan. Kalau faktor keamanan sangat terjamin. Ertina hanya berharap janji-janji pemerintah itu agar segera direalisasikan.
Sementara salah seorang pengunjung Fajarman Ndraha, kepada NBC mengakui (25/12/2010), bahwa ia sangat sedih atas pengelolaan Mbombo Aukhu karena kurangnya perhatian pemerintah dan juga pengunjung.
Bulan September 2010, pernah ia bersama dengan Disporabudpar kerja bakti membersihkan kolam yang penuh dengan lumut, saat itu air kolam tidak layak pakai. ”Sekarang kolam ini sudah mulai berlumut lagi, ini menandakan tidak adanya perhatian, coba lihat sekelilingnya penuh dengan sampah pengunjung,” ujar Fajaman. Menurut dia, sebenarnya Mbombo Aukhu ini jika dikelola dengan baik oleh pemerintah dapat menghasilkan tambahan PAD bagi Kabupaten Nias. Disarankannya, segeralah pemerintah menambah fasilitas yang ada agar pengunjung tidak merasa bosan untuk datang ke tempat ini.
Sementara itu, salah seorang anggota DPRD Kabupaten Nias, Ronal Zai, ditemui NBC tengah berekreasi di Mbombo Aukhu (Jumat, 25/12/2010) bersama dengan keluarganya. Ketika NBC menghampirinya di salah satu saung, Ronal mengatakan, sangat kecewa atas perlakuan pemerintah terhadap tempat wisata ini yang tidak membenahi fasilitas yang ada. Setiap tahun DPRD selalu menyarankan anggaran pembangunan water boom di Mbombo Aukhu dan pelebaran badan jalan, tetapi pemerintah selalu tidak menanggapi. Anehnya, tahun 2009, DPRD Kabupaten Nias mengusulkan anggarakan pembangunan khusus Mbombo Aukhu Rp 6,5 miliar, tetapi Disporabudpar hanya mengusulkan anggaran melalui Bappeda senilai Rp 200 juta untuk anggaran rehabilitasi.
DPRD Kabupaten Nias telah menyerahkan anggaran pembangunan tahun 2011 khusus di Mbombo Aukhu sebesar Rp 1,5 miliar. Ronal berharap dengan anggaran 1,5 miliar dapat dibangun sebuah kolam yang unik. Sehingga pengunjung kembali ramai.
Ronal mengakui, sejak tempat wisata dibeberapa tempat di Kepulauan Nias dibuka, lambat laun pengunjung di Mbombo Aukhu bisa dihitung dengan jari. Jika dulu pengunjung sangat ramai, sekarang ini pengunjung di tempat wisata ini hanya masyarakat setempat.
Ronal menyarankan agar Mbombo Aukhu dikunjungi orang, pemerintah harus menyerahkannya kepada pihak swasta untuk mengelolanya. Mbombo Aukhu pasti tidak kalah bersaing dengan Pantai Cermin di Serdang Bedagai, Medan , jika pengelolaannya sepenuh hati.
Ketika NBC tiba di lokasi wisata Mbombo Aukhu memang benar dari tuturan beberapa narasumber bahwa pengunjung dapat dihitung dengan jari. Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu karena fasilitas yang kurang memadai, di mana kolam renangnya hanya satu unit, itu pun penuh dengan lumut, kamar mandi yang kurang bersih, sekeliling area wisata penuh dengan sampah plastik. Di setiap saung tidak disediakan tong sampah. Kurangnya pohon lindung juga membuat kompleks itu jadi kurang asri.
Saran NBC, untuk menggait pengunjung wisata dari berbagai daerah, perlu dibenahi penataan sarana wisata, publikasi kepada masyarakat luas, makanan yang dijual jangan monoton terus, jika boleh berbagai jenis hidangan unik seperti ikan bakar. Penambahan area parkir dan perluasan badan jalan dari Mbombo Aukhu sampai di simpang Tetehösi-Idanögaŵo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar